Skripsi: Bukanlah Sekadar Lembaran-Lembaran Kertas
- Dec 05, 2018
- Beby Nurdiana Rohman
Skripsi merupakan tugas akhir dari para mahasiswa tingkat strata satu. Dengan skripsi ini, mahasiswa dapat meraih kelulusan dan tentunya gelar sarjana. Karena sifatnya yang sebagai salah satu penentu kelulusanmu, maka skripsi ini memiliki beban SKS yang cukup besar dibandingkan mata kuliah lainnya.
Skripsi pun bukan merupakan hal yang simpel untuk dikerjakan, gaes. Kamu harus mencari permasalahan yang dapat diteliti, mencari teori yang cocok untuk membahas permasalahan tersebut, memilih metode penelitian yang pas dan seribu satu aturan-aturan yang harus kamu turuti dalam proses penulisannya.
Karena banyaknya hal yang perlu dikerjakan dan banyaknya aturan-aturan yang perlu diikuti, sebagian besar mahasiswa, menerima banyak sekali revisi atas skripsinya. Revisi-revisi yang kunjung tidak menemukan titik terang inilah yang terkadang membuat para mahasiswa kesal. Belum lagi, para dosen pembimbing yang sulit sekali untuk diajak bertemu. Pokoknya, segala per-drama-an skripsi ini menjadikan skripsi sebagai momok yang menyebalkan.
Eits… Sebentar dulu, gaes. Masa-masa skripsi kalau diceritakan memang terlihat menyebalkan, tetapi ketika kamu telah menjalankannya, justru kamu akan bersyukur, kok. Lho, kok, malah jadi bersyukur? Iya dong, gaes, dengan mengerjakan skripsi kamu akan merasakan berbagai pelajaran hidup yang tidak kamu dapatkan dimana-mana, gaes. Pelajaran hidup apa aja, tuh?
Belajar Pede
Yes! Belajar pede a.k.a percaya diri. Skripsi memang memiliki banyak sekali aturan-aturan yang harus diikuti. Kalau kamu tidak mengerjakan skripsi sesuai dengan aturannya, dosen pembimbing pun siap memberikan revisi sebanyak mungkin. Well, itu semua bukan berarti penelitian skripsi kamu seluruhnya salah, gaes. Revisi yang diberikan oleh dosen pembimbing, memiliki tujuan yaitu untuk membuat skripsimu menjadi lebih baik lagi daripada sebelumnya. Jangan jiper duluan ya, gaes, ketika kamu mendapatkan banyak revisi.
Dalam proses bimbingan, kamu juga bisa kok, gaes, untuk memaparkan pendapatmu jika revisi dari dosen pembimbing dirasa tidak sesuai dengan pendapatmu. Meskipun dosen pembimbing telah melakukan banyak bimbingan kepada mahasiswa lainnya, akan tetapi, yang sangat mengerti tentang skripsimu ialah dirimu sendiri. jadi, kalau kamu merasa bahwa apa yang telah kamu kerjakan adalah suatu yang benar dan kamu dapat menjelaskannya, kamu boleh banget memaparkan pendapatmu sendiri. Hal seperti ini tentunya akan mengasah rasa kepercayaan dirimu dalam mempertahankan argumen yang dianggap benar.
Belajar Ikhlas
Dalam mengerjakan skripsi pastinya akan ada perubahan yang terjadi pada skripsimu. Misalnya nih, pada awalnya, kamu ingin menggunakan teori A, lalu ketika diberikan kepada dosen pembimbing, ternyata dosenmu melihat bahwa teori tersebut tidak cocok untuk skripsimu. Maka, terjadilah perubahan-perubahan dalam skripsi yang harus kamu terima. Memang, awalnya pasti sangat menyebalkan melihat skripsimu dicorat-coret dengan tinta merah, tapi balik lagi, kamu harus tahu bahwa hal itu dilakukan agar skripsimu bisa menjadi lebih baik lagi. Daripada “dibantai” saat sidang, lebih baik kamu ikhlaskan jika terjadi banyak perubahan dalam skripsimu.
Selain itu, jika kamu meneliti suatu tema yang mengharuskan kamu untuk bertemu dengan narasumber yang super sibuk. Keikhlasanmu juga akan diuji disini, bisa saja narasumbermu mengganti-ganti jadwal bertemu sesuai keinginannya. Misalnya, kamu sudah janjian untuk bertemu dengan narasumbermu besok. Ternyata karena kesibukannya, ia mengganti jadwal temu secara mendadak, padahal kamu sudah berada di jalan menuju tempat tersebut. menyebalkan memang, tapi dengan adanya kejadian itu kamu dapat belajar ikhlas atas apa yang terjadi.
Belajar Mengenal Diri
Dengan mengerjakan skripsi, kamu diberikan kesempatan untuk mengenali lebih dalam dirimu sendiri. kamu harus tahu, nih, gaes, kata Aristoteles “knowing yourself is the beginning of all wisdom”. Dari kata Aristoteles ini, berarti mengetahui diri sendiri merupakan suatu hal yang penting, bukan?
Dalam proses pengerjaan skripsi kamu akan merasakan apakah kamu tipikal orang yang keras kepala ataukah orang yang lebih mudah mengikuti arahan dari dosen pembimbing. Selain itu, kamu pun akan merasakan bagaimana cara belajar yang paling cocok dengan dirimu. Misalnya seperti, apakah kamu orang yang suka belajar di malam hari ataukah orang yang fleksibel dalam artian dapat belajar baik di pagi, siang, sore atau malam.
Yang paling terpenting dari pengerjaan skripsi ini, kamu akan mengetahui kapasitasmu yang sesungguhnya. Mungkin sebelum mengerjakan skripsi, kamu cenderung santai dan tidak terlalu perfeksionis dengan tugas-tugasmu. Berbeda dengan halnya ketika kamu mengerjakan skripsi, kamu akan selalu mem-push dirimu untuk mengerjakannya sebaik mungkin dan secepat mungkin, hingga pada akhirnya kamu akan mengetahui bagaimana kapasitasmu.
Belajar Struggle Lebih Kuat
Ketika kamu mengerjakan skripsi, pasti sangat berbeda, dong, struggle-nya dengan masa-masa saat kamu masih belajar di kelas? Yap! Ketika kamu mengerjakan skripsi kamu tentunya berjuang lebih keras untuk melawan sisi kemalasanmu. Yang sebelumnya, saat waktu libur akan kamu gunakan untuk beristirahat di rumah atau jalan-jalan bersama teman, sekarang, saat pengerjakan skripsi, kamu menggunakan waktu liburmu untuk memperbanyak bacaan atau mencari data penelitian.
saat malam hari pun, yang biasanya kamu gunakan untuk menonton film atau mengecek sosial media, pada masa pengerjaan skripsi, malam hari menjadi waktu yang tepat untuk menyelesaikan bab-bab di skripsimu. Kamu tentunya akan berjuang lebih kuat agar skripsimu cepat selesai dan segera menyandang status sarjana.
Belajar Keluar dari Zona Nyaman
Nah, yang satu ini yang menjadi pelajaran yang paling besar saat dalam pengerjaan skripsi. Yang biasanya kamu akan mengerjakan sesuatu bersama teman-temanmu, sekarang, kamu akan mengerjakan skripsimu sendiri-sendiri. Teman-temanmu pun pastinya sibuk dengan penelitian skripsinya masing-masing. Kamu akan dituntut keluar dari zona nyamanmu.
Selain itu, ketika kamu memilih tema penelitian yang cukup unik, misalnya seperti meneliti komunitas anak punk, komunitas mantan pecandu narkoba dan sebagainya, tentunya kamu harus bertemu dengan orang-orang yang memiliki banyak perbedaan darimu. Perbedaan tersebut bisa berupa pola pikir, nilai-nilai yang dianut dan sebagainya. Disini, kamu harus berani untuk mengenyampingkan hal-hal yang kamu pegang teguh agar mendapatkan data yang dibutuhkan dalam skripsimu. Yes, hal ini pun termasuk belajar keluar dari zona nyamanmu, lho, gaes.
***
Sesungguhnya dalam mengerjakan skripsi, bukan hanya tentang mengetik berlembar-lembar tulisan dan membaca buku bertumpuk-tumpuk, gaes. Tapi, dalam proses mengerjakan skripsi ini pasti ada hal-hal yang bisa kamu pelajari dan tentunya perlu kamu syukuri. Jadi, gimana gaes? Apakah kamu masih menganggap bahwa skripsi merupakan hal yang menyebalkan?
Baca juga:
-
4 Drama Skripsi dan Cara Mengatasinya
-
6 Hal Yang Harus Kamu Persiapkan Sebelum Skripsi
- Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)
(Sumber gambar: unsplash.com, pixabay.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus