Refleksi Diri di Hari Buku Nasional
- May 17, 2019
- Fitria Aisyah
Gaes, tahu nggak kalau setiap tanggal 17 Mei negara Indonesia memperingati Hari Buku Nasional?
Pada tahun 2002, Menteri Pendidikan dari Kabinet Gotong Royong bernama Abdul Malik Fajar mencetuskan ide tanggal 17 Mei ini sebagai Hari Buku Nasional. Selain itu, 17 Mei juga bertepatan dengan peringatan pendirian gedung Perpustakaan Nasional Republik Indonesia atau Perpusnas. Fyi, Perpusnas didirikan di Jakarta pada 17 Mei 1980.
Minat baca
Hari Buku Nasional ini sendiri diperingati bukan tanpa alasan atau hanya ingin mengikuti Hari Buku Sedunia yang jatuh pada 23 April lalu saja, gaes. Namun, peringatan hari buku kerap dikaitkan dengan minat baca di Indonesia yang masih tergolong rendah.
Soalnya, pada penetapan Hari Buku Nasional saat itu, minat baca di Indonesia masih rendah, yaitu rata-rata hanya sekitar 18.000 judul buku per tahun. Kalau dibandingkan, negara kita tertinggal sangat jauh dengan negara-negara lain. Misalnya aja di Tiongkok, rata-rata minat baca masyarakat Tiongkok adalah 140.000 judul buku per tahun.
Sementara, menurut data studi Most Littered Nation in the World yang pernah dirilis Central Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia berada di peringkat ke-60 dari 61 negara. Unesco juga mengungkapkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen—yang artinya dari 1000 orang Indonesia, hanya satu yang rajin membaca.
Beerbicara mengenai minat baca, kalau ada yang berasal dari Surabaya pasti uda nggak asing lagi, deh, sama yang namanya literasi. Soalnya, bu Risma (walikota Surabaya) selama beberapa tahun terakhir menggalakkan progam "Surabaya kota Literasi" bersama beberapa univerisitas di Surabaya.
Yups, pada saat saya masih ada di bangku kuliah pun ada yang namanya KKN Literasi, lho, gaes. Karena saya berasal dari lulusan Sastra Jerman, yang notabennya kuliah sastra itu selalu terkait dengan kegemaran membaca buku-buku. Jadi, saya diwajibkan untuk memilih KKN Literasi.
Setelah saya mengikuti KKN Literasi selama satu semester di hari Sabtu dan Minggu. Saya menyadari bahwa rendahnya minat baca atau literasi di Indonesia disebabkan oleh keterbatasan buku-buku di sekolah, banyak daerah-daerah yang nggak memiliki fasilitas umum seperti perpustakaan, toko buku atau Taman Baca Masyarakat (TBM), serta kebiasaan membaca yang nggak dibentuk dari bangku Sekolah Dasar (SD).
Kenapa saya bisa bilang begitu? Soalnya, saya ingat betul, bagaimana susahnya mengajak anak-anak kelas 4 hingga 6 SD untuk duduk tenang selama 45 menit sambil membaca buku. Padahal saya dan teman-teman saya saat itu nggak mewajibkan mereka untuk membaca buku dengan tema A atau B. Kami hanya menyuruh mereka untuk membaca apa yang mereka suka di luar buku baca pelajaran yang setiap hari harus mereka lihat.
Sementara dengan adanya TBM ini diharapkan anak-anak tetap membaca buku meskipun di hari Minggu. Namun, hanya 1 atau 2 anak yang datang dari jumlah seharusnya. Dari yang saya pelajari, sedikitnya orang yang datang ke TBM ini dikarenakan kelengkapan koleksi bukunya dan tempatnya yang nggak menarik minat masyarakat untuk berkunjung, serta Sumber daya Manusia (SDM) yang bertugas di masing-masing TBM kurang bisa memaksimalkan kemampuannya untuk merangkul anak-anak menyukai buku.
Faktanya
Menurut data statistik tingkat literasi di Indonesia itu sebenarnya sangat tinggi yaitu: 93% dari kurang lebih 250 juta penduduk Indonesia. Namun, nyatanya hal itu nggak dibarengi dengan jumlah buku yang terbit setiap tahun. Dari perhitungan yang dilakukan Ikatan Penerbit Indonesia, pada tahun 2014 tercatat ada lebih dari 30 ribu buku yang terbit.
Hal itu berakibat pada perbandingan literasi antara 1:3 hingga 1:5. Artinya, satu buku dibaca oleh tiga orang hingga lima orang saja. Selain itu, genre buku yang dibaca oleh orang-orang Indonesia tidak bervariasi. Misalnnya, buku komik yang punya pasarnya sendiri. Kemudian ada teenlit yang menyasar kalangan anak-anak muda. Serta bacaan-bacaan pop yang akan selalu punya tempat di hati para penggemarnya. Baca selengkapnya di sini.
Tips sederhana meningkatkan minat baca
Seperti yang sudah disinggung di atas Hari Buku Nasional diperingati dengan tujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Nah, terus bagaimana cara meningkatkan minat baca?
- Memulainya dari diri sendiri. Misalnya, kita pilih buku bacaan yang kita suka. Nggak harus buku pelajaran, kita bisa pilih buku nonfiksi, biografi, novel, dan bahkan komik.
- Kalau kita nggak mau bawa buku yang berat-berat. Tenang… sekarang teknologi sudah semakin canggih. Sederhananya kita bisa membaca artikel-artikel yang bertebaran di internet dari gadget yang kita punya. Selain itu, kita bisa membeli e-book atau buku elektronik sehingga mudah dibawa ke mana-mana.
- Kalau kita butuh tempat yang tenang, kita juga bisa datang ke perpustakaan, lho, gaes. As we know, di perpustakaan sering ada tulisan “Dilaran berisik!” atau “Harap tenang!” Jadi, perpustakaan merupakan salah satu tempat yang sepi. Sehingga kita bisa membaca sepuasnya buku-buku yang ada di sana tanpa ada yang mengganggu, deh.
- Langkah terakhir ketika ketiga poin di atas sudah dilakukan. Nggak ada salahnya, lho, kalau kita mulai membaca buku-buku serius seperti buku bertema sejarah, filsafat, pengetahuan umum, dan lain-lain.
***
Masalah kurangnya minat baca ini seharusnya bukan hanya tugas pemerintah saja, gaes. Tapi sudah seharusnya menjadi tugas kita bersama. Yuk, kita mulai dari dalam diri kita sendiri untuk membudayakan membaca buku dari sekarang.
Membacalah, nggak peduli siapa penulisnya atau apa jenis bukunya. Membacalah, sebab buku adalah jendela dunia. Selamat Hari Buku Nasional, gaes!
Baca juga:
(Sumber gambar: voinews.id, bmvkatedralbogor.org)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus