Cerita Seorang “Veteran”: Dari Nggak Naik Kelas Sampai Sukses Tembus PTN Impian

Oleh Andreas Gandhi

You do not fail, you just have to try once more. A winner is just a loser who tried one more time.

 

Saya di berikan sebuah “anugerah” untuk menikmati masa SMA selama 4 tahun. Akibatnya, di awal semester perkuliahan saya sering mendengar beberapa pertanyaan menarik.

“Ikut AFS ya Mas Gandhi?”, “Ikut exhange ke mana mas dulu?”

Jawaban yang dulunya dirasa (mungkin) akan suit, akhirnya semakin mudah seiring berjalannya waktu.

“Wah bukan Dik/Mas/mbak/Oom/Tante/bapak/Ibu, saya dulu TIDAK NAIK KELAS.”

”Lha kok bisa keterima UGM, Mas? Jalur undangan lagi?”

Sampai saat ini pun saya masih nggak tau jawaban pastinya. Mungkin karena zaman saya masih menggunakan rapor semester 3-5, sedangkan saya nggak naik kelas di kelas X (semester 1 dan 2), jadi mungkin “tidak ketahuan”.

***
Menangis Di Titik Terendah

TIDAK NAIK adalah dua buah kata yang tertera pada rapor saya waktu itu. Rapor tersebut dibagikan pada pukul 08.00, dan saya yang dirundung duka ini pun tidak memiliki keberanian yang cukup untuk pulang. Akhirnya, saya memilih untuk mematikan handphone dan pergi hingga pukul 16.00.

Meski seorang pria, saya menangis beberapa jam setelah rapor tersebut dibagikan di pinggir lapangan sekolah. Saya melihat seorang teman lain merayakan keberhasilannya masuk ke babak baru kelas XII.

Sambil terus menyalahkan diri sendiri (dan juga menyalahkan orang lain), saya merasa bahwa inilah titik terendah dalam hidup saya. Ketika mengetahui hal ini, ibu nggak berkata apa-apa, hanya menangis. Beliau meratapi anaknya yang dulu langganan juara kelas.

Kamu Bisa!

Walau sempat hampir pindah sekolah, akhirnya saya memutuskan untuk mengulang SMA di sekolah lama. Saya berusaha sesiap dan setegar mungkin menjalani hari-hari sebagai veteran alias siswa yang nggak naik kelas. Saya pun selalu berkata pada diri sendiri bahwa “Gandhi, kamu bisa!”

Setahun berlalu dan akhirnya Andreas Gandhi Hendra Pratama naik ke kelas XII dengan..… nilai yang puji Tuhan memuaskan. Untuk mata pelajaran TIK saya tidak perlu mengikuti ujian karena merupakan satu-satunya siswa yang mendapatkan nilai 100. Bahasa Jerman saya berhasil mengalahkan banyak siswa, bahkan yang ikutan kursus bahasa! Sementara itu nilai Kimia saya tertinggi di satu angkatan.

Nggak hanya berprestasi di kelas, saya pun aktif menjadi jurnalis lepas dengan menulis di 5 Koran, termasuk surat kabar nasional. Apakah itu cukup? Setidaknya untuk seorang siswa “veteran” hal ini cukup baik. Meskipun banyak teman lain yang jauh  lebih berprestasi dari saya, tentunya.

Galau pilhan jurusan kuliah

Akhirnya, tidak terasa 1 tahun penuh perjuangan itu pun telah berlalu. Matahari pertama di kelas XII pun akhirnya terbit. Hal yang saya pikirkan saat baru menginjak kelas XII adalah: Setelah ini mau kuliah di mana, ya?

Tak lama kelas 3 berselang, akhirnya beberapa universitas swasta mulai membuka tes penerimaan mahasiswa baru, dan saat itu saya mencoba salah satu universitas swasta terbaik di Yogyakarta. Mengingat pada kelas XII saya berhasil memenangkan salah satu lomba yang mereka adakan

Saat itu, saya memilih jurusan Teknik Informatika karena saya memiliki ketertarikan pada dunia IT yang cukup besar.

Hanya beberapa bulan berselang, penerimaan mahasiswa dari PTN pun gantian dibuka untuk jalur undangan. Puji Tuhan, berdasarkan ranking saya diperbolehkan mencoba jalur tersebut.

Teknik Kimia atau Teknik Geologi Universitas Gadjah Madaadalah target saya lantaran ketika itu saya bercita-cita bekerja di sektor pertambangan/perminyakan. Jujur saja, gaji besar di dunia pertambangan dan perminyakan menjadi salah satu alasannya

Sekitar satu bulan berselang, pilihan saya pun berubah. Karena kata orang saya adalah anak yang kreatif dan dinamis, saya merasa bahwa jurusan Teknik Geologi mungkin kurang cocok dengan saya. Sementara Teknik Kimia terasa begitu sulit mengingat ada seorang teman yang rankingnya di atas saya, juga mendaftar jalur undangan ke situ.

Saya sempat bicara dengan Ibu dan beliau menyarankan saya mengambil jurusan yang berkaitan dengan IT, yang memang saya sukai. Akhirnya, 8 menit sebelum portal ditutup saya mengganti pilihan ke Teknologi Informasi, UGM.

Veteran masuk PTN?

Bermodalkan dengan rapor yang lumayan dan 2 sertifikat olimpiade kimia dan jurnalistik, saya mencoba mengisi form yang diminta. Sempat terbesit pikiran bahwa mana mungkin seorang yang tidak naik kelas bisa diterima jalur undangan di universitas negeri.

Tapi Tuhan berkata lain.

Anak veteran dari SMA de Britto, Yogyakarta ini menjadi salah satu dari delapan siswa jurusan IPA yang berhasil masuk jalur undangan. Ya, saya resmi diterima menjadi mahasiswa Teknologi Informasi UGM.

Dari sinilah saya mulai berpikir bahwa Tuhan tidak tinggal diam, Dia melihat kita, memperhatikan kita, dan mendengarkan kita. Bicara soal ‘permintaan yang dikabulkan’, bagi saya kita harus memperjuangkan untuk meraihnya. Kemudian, Tuhan dengan goresan kuas-Nya akan memberikan warna terbaiknya untuk membantu perjuanganmu yang telah memiliki keberanian untuk mencoba.

***Tulisan ini dibuat oleh pembaca. Kamu juga bisa menulis untuk Youthmanual dengan submit tulisanmu di sini

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Allysa Kamalia Putri | 2 bulan yang lalu

ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?

Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran Hewan
Nina Syawalina | 2 bulan yang lalu

Kak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?

5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanan
AVERILIO RAHARJA | 3 bulan yang lalu

semangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/

5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus
Averilio Raharja | 3 bulan yang lalu

semoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/

5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1