Balada Teknologi Mahasiswa Awal Tahun 2000an

Gimana, sih, rasanya kuliah di satu dekade yang lalu? Tepatnya, sekitar tahun 2000-2006 alias 10-15 tahun yang lalu. Gimana rasanya jadi mahasiswa yang belum punya teknologi secanggih sekarang?

Seandainya kamu bisa naik mesin waktu kembali ke masa itu, kamu akan menemukan hal-hal berikut ini:

* Meski semua orang udah pake handphone, nggak ada yang punya smartphone. Boro-boro iPhone 3S. BlackBerry aja belum ada!

Artinya, mahasiswa awal tahun 2000an lebih royal, karena untuk berkomunikasi lewat hape, mereka mesti teleponan atau SMS yang notabene bayar. Nggak bisa mengandalkan Internet (gratisan), gaes! Bayangin kalau kamu kepengen SMS-an sama gebetan sepanjang malam, atau kalau perlu berdiskusi panjang tentang tugas sama teman kuliah. Berapa pulsa yang harus dikeluarin?! Tenaaang. Salah satu trik penghematan pulsa bisa dilakukan dengan cara…

* Memaksimalkan promo dua detikan! Zaman dulu, salah satu provider telepon selular pernah memberikan promosi telepon bebas pulsa. Jadi, pulsa hape nggak akan terpotong kalau durasi telepon kita… di bawah 2 detik. Kalau sampai lewat dari 2 detik, pulsa kepotong, sob! Berhubung mahasiswa memang pada dasarnya bokek kreatif, mahasiswa awal 2000an dulu hobi banget teleponan hanya dalam durasi 2 detik, namun dirangkai-rangkai sampai jadi perbincangan 2 jam, hihihi.

Contohnya:

A: Lagi ngapain? (1 detik)

B: Lagi santai aja (1.5 detik)

B: Kamu lagi apa? (2 detik)

A: Lagi mendaki… (1 detik)

A: Mendaki hati kamu (2 detik)

Eaaaak!

* Trus, karena dulu belum ada smartphone, otomatis fitur chat di telepon genggam pun belum ada. Akibatnya, text messaging dengan pacar atau gebetan nggak bisa dilakukan sesering sekarang, soalnya dulu satu-satunya cara untuk text messaging adalah lewat SMS. Padahal setiap SMS ‘kan memotong pulsa. Kalau keseringan, jadi bokek, dong? Maka kalau sekarang kamu bisa chatting ayang-ayangan seharian, mahasiswa angkatan 2000an palingan cuma bisa SMSan sama si do’i sebanyak 5-8x sehari. Kalau lagi bokek pulsa? 2-3x cukup!

Akibatnya, setiap SMS dari si ayang jadi terasa amat berharga. Mahasiswa 2000an bisa berulang-ulang baca SMS yang sama dari pacar atau gebetannya selama seminggu penuh, lho!

youthmanual - sms

Berbunga-bunga cuma karena sebijik SMS. #bahagiadulusederhana

* Karena dulu nggak ada sarana atau aplikasi chat di hape, kalau mau nyebarin informasi ke teman-teman dengan cepat gimana, dong? Dengan membuat pengumuman di-mailing list! Yup, walaupun nggak ada aplikasi chat, mahasiswa awal 2000an punya grup e-mail atau mailing list, sehingga mereka bisa broadcast message atau ngobrol dengan sekelompok teman di situ.

* Zaman dulu, e-mail bisa dicek di hape, ‘kan? Tentu TIDAK! Jangan lupa, hape zaman dulu cuma bisa buat teleponan dan SMS-an. Hmmm, kalau gitu, bisa di-cek lewat laptop yang disambungkan ke wi-fi kampus mungkin? Yaelah. Dulu fasilitas wi-fi minim banget, kali! Saking minimnya, sampai nggak ada yang tahu di mana keberadaannya. Maka mahasiswa awal 2000an cuma bisa mengakses Internet di warnet atau rumah masing-masing. Inilah arti fakir Wi-fi yang sebenarnya!

Otomatis, warnet adalah salah satu tempat nongkrong favorit mahasiswa awal 2000an untuk online, browsing dan terutama untuk membuat tugas. Ada warnet yang nyamaaaan banget kayak kafe, tapi ada juga yang gerah, jorok, dan bau asap rokok. Hufft!

youthmanual -warnet

Warnet, Rp3,000- Rp6,000 per jam. Bisa duduk lesehan, tapi jangan lupa buka sandal. Hihihi...

* Meski dunia Internet belum terlalu ramai, di awal tahun 2000an, medsos udah beken, lho! Tentunya bukan Facebook, Instagram, apalagi Snapchat. Medsos purbakala tersebut bernama… Friendster!

Cara menggunakannya mirip-mirip Facebook, sih. Pertama, pengguna harus punya akun yang berisi profil standar dan foto dulu. Kemudian, para pengguna bisa saling add friends. Nah, kalau udah saling “berteman”, para pengguna bisa saling menulis testimonial alias komen di halaman akun teman Friendster-nya.

Isi testimonial ini biasanya puja-puji, mirip puja-puji kamu ke para selebgram, hihihi. Bedanya, isi testimonial Friendster lebih detail dan personal kali, ya. Lucunya, penulisan testimonial ini seringkali “pamrih”, karena sang penulis selalu berharap agar temannya balas menulis testimonial di akunnya. Kenapa? Soalnya, semakin banyak seseorang mendapatkan testimonial, semakin tinggu pula “status sosial”-nya. Kayak kalau kamu mendapat banyak likes dan komen di Instagram, lah!

Contoh testimonial Friendster:

Gue kenal sama Anggi dari SMP. Anaknya smart banget, baik banget, asik banget, totally gorgeous! Nggi, gue kangen deh, sama lo. Kita jalan bareng lagi, dong! Jangan lupa isi testi gue ya!

Ujung-ujungnya teteuuup…

friendster

Akun Friendster Mark Zuckerberg (walaupun entah akun asli atau palsu). Sekarang Friendster udah nggak ada dan semua profil dan data penggunanya dihapus :(

* Setiap mahasiswa awal 2000an pasti punya flashdisk (atau disket dan CD yang cuma bisa nampung file seiprit doang!) untuk menyimpan tugas, data, atau hasil browsing. Yap, hasil browsing memang berharga buat mahasiswa awal 2000an, soalnya dulu browsing ‘kan masih susah, ya. Lagi-lagi, karena Wi-fi masih jarang, dan belum ada smartphone ataupun tablet. Adanya paling tablet pereda sakit kepala, nyeri, dan demam. Zzzz… #laludemambeneran

* Kalau lagi nongkrong, mahasiswa angkatan 2000an BENAR-BENAR berinteraksi dengan temannya, misalnya dengan ngobrol, main kartu, atau mengamati REAL PEOPLE yang ada di kantin. Bukan nge-bahas foto-foto social media si anu dan si inu.

* Cameraphone udah mulai populer, cuma teknologinya jelas belum secanggih sekarang. Resolusi gambarnya pun masih jeleeek banget, hihihi. Foto-foto yang diambil dengan cameraphone biasanya untuk dokumentasi pribadi atau dicetak aja, bukan untuk di-upload ke medsos, sehingga mahasiswa dulu nggak merasa punya tuntutan untuk bikin foto-foto super keren dan Instagrammable di lokasi-lokasi hits.

* Di sisi lain, blog mulai populer, lho. Udah banyak mahasiswa yang “curhat” lewat blog. Meski demikian, zaman dulu blog lebih didominasi oleh tulisan, karena photo blogging—seperti yang banyak dilakukan oleh para fashion blogger—belum terlalu populer. Sarana microblogging seperti Twitter juga belum ada, sehingga dulu, tulisan-tulisan di blog cenderung panjang-panjang.

***

Dengan perbedaan teknologi yang cukup jauh, hal yang paling membedakan antara zaman sekarang dengan satu dekade lalu adalah, kini informasi gampang banget didapat. Bahkan fenomena information overload sering banget terjadi, berhubung everyone shares everything. Setiap hari, ada boanyaaak banget informasi yang berseliweran di depan mata kita lewat berbagai gadget.

Mengutip kata-kata Mas Octa Ramayana, salah satu mahasiswa angkatan 2000an yang sekarang menjadi dosen di Universitas Indonesia:

“Mahasiswa sekarang lebih mudah mencari informasi, lebih mudah dan murah untuk membuat karya (dan mempublikasikannya), dan lebih cepat mengadopsi suatu ilmu. Akibatnya, mereka suka hal-hal yang instan, dan suka lupa akan pentingnya sebuah proses.”

Hmmm…

(sumber: www.portalbalikpapan.com, www.logos.wikia.com, www.wired.com, www.theinquirer.net)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Allysa Kamalia Putri | 2 bulan yang lalu

ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?

Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran Hewan
Nina Syawalina | 2 bulan yang lalu

Kak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?

5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanan
AVERILIO RAHARJA | 3 bulan yang lalu

semangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/

5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus
Averilio Raharja | 3 bulan yang lalu

semoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/

5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1